TEORI GERAKAN SOSIAL
Secara teoritis terdapat teori gerakan sosial di luar teori gerakan yang
berbasiskan idiologi Marxist. Walaupun teori lama tersebut sudah jarang
digunakan sebagai bahan analisis gerakan sosial, tetapi tetap mempunyai sejarah
sendiri dalam gerakan menuntut keadilan. Beberapa teori dalam gerakan sosial
adalah sebagai berikut:
1.2.1. Teori Gerakan sosial Klasik/Lama
Dalam
perspektif ini, beranggapan bahwa gerakan sosial lahir karena dukungan dari
mereka yang terisolasi dan teralineasi di masyarakat. Gerakan sosial klasik ini
merupakan cerminan dari perjuangan kelas di sekitar proses produksi, dan oleh
karenanya gerakan sosial selalu dipelopori dan berpusat pada kaum buruh.
Paradigma dalam gerakan ini adalah Marxist Theory , sehingga gerakan ini
selalu melibatkan dirinya pada wacana idiologis yang meneriakkan ‘anti
kapitalisme’, ‘revolusi kelas’ dan ‘perjuangan kelas’.Orientasi nya juga selalu
berkutat pada penggulingan pemerintahan yang digantikan dengan pemerintahan
diktator proletariat. Tetapi dalam konteks saat ini teori gerakan sosial klasik
ini sudah jarang di jumpai di lapangan dan bahkan nyaris lenyap dari rohnya
gerakan dan telah digantikan oleh tero gerakan sosial baru.
1.2.2. Teori
Gerakan Sosial Baru
Teori
gerakan sosial baru adalah muncul sebagai kritik terhadap teori lama sebelumnya
yang selalu ada dalam wacana idiologis kelas. Gerakan sosial baru adalah gerakan yang lebih berorientasi isu dan tidak
tertarik pada gagasan revolusi. Dan tampilan dari gerakan sosial baru lebih
bersifat plural, yaitu mulai dari gerakan anti rasisme, anti nuklir, feminisme,
kebebasan sipil dan lain sebagainya. Gerakan sosial baru beranggapan bahwa di
era kapitalisme liberal saat ini perlawanan timbul tidak hanya dari gerakan
buruh, melainkan dari mereka yang tidak terlibat secara langsung dalam sistem produksi
seperti misalnya, mahasiswa, kaum urban, kaum menengah. Karena system kapitalisme
telah merugikan masyarakat yang berada di luar sistem produksi. Ada beberapa
hal yang baru dari gerakan sosial, seperti berubahnya media hubung antara masyarakat
sipil dan negara dan berubahnya tatanan dan representasi masyarakat kontemporer
itu sendiri.
Gerakan sosial baru menaruh konsepsi idiologis mereka
pada asumsi bahwa masyarakat sipil tengah meluruh, ruang sosialnya telah
mengalami penciutan dan digerogoti oleh kemampuan kontrol negara. Dan secara
radikal Gerakan sosial baru mengubah paradigma marxis yang menjelaskan konflik
dan kontradiksi dalam istilah kelas dan konflik kelas.Sehingga gerakan sosial
baru didefenisikan oleh tampilan gerakan yang non kelas serta pusat perhatian
yang non materialistik, dan karena gerakan social baru tidak ditentukan oleh
latar belakang kelas, maka mengabaikan organisasi serikat buruh industri dan
model politik kepartaian, tetapi lebih melibatkan politik akar rumput, aksi-aksi
akar rumput. Dan berbeda dengan gerakan klasik, struktur gerakan sosial baru didefenisikan
oleh pluralitas cita-cita, tujuan , kehendak dan orientasi heterogenitas basis sosial
mereka.
Gerakan sosial baru pada umumnya merespon isu-isu yang
bersumber dari masyarakat sipil, dan membidik domain sosial masyarakat sipil
ketimbang perekonomian atau negara, dan membangkitkan isu-isu sehubungan
demoralisasi struktur kehidupan sehari-hari dan memusatkan perhatian pada
bentuk komunikasi dan identitas kolektif.
Jean Cohen ( 1985:669 ) menyatakan Gerakan Sosial Baru membatasi
diri dalam empat pengertian yaitu, (a) aktor-aktor gerakan sosial baru tidak
berjuang demi kembalinya komunitas-komunitas utopia tak terjangkau dimasa lalu
(b) aktornya berjuang untuk otonomi, pluralitas (c) para aktornya melakukan
upaya sadar untuk belajar dari pengalaman masa lalu, untuk merelatifkan nilai-nilai
mereka melalui penalaran, (d) para aktornya mempertimbangkan keadaan formal
negara dan ekonomi pasar.
Dengan demikian tujuan dari gerakan sosial baru adalah
untuk menata kembali relasi negara, masyarakat dan perekonomian dan untuk
menciptakan ruang publik yang di dalamnya terdapat wacana demokratis otonomi
dan kebebasan individual.
1.2.3. Teori
Mobilisasi Sumber Daya
Dalam
perspektif ini gerakan sosial mensyaratkan sebentuk komunikasi dan organisasi
yang canggih ketimbang terompet teriakan anti kapitalisme. Dan gerakan sosial
muncul akibat dari adanya ketersedian sumber pendukung gerakan, tersedianya kelompok
koalisi, adanya dukungan dana, adanya tekanan dan upaya pengorganisasian yang
efektif, dan juga idiologi. Dan para
teoritisi mobilisasi sumber daya mengawali tesis mereka dengan menolak
penekanan pada peran perasaan dan penderitaan dan kategori-kategori
psikologisasi dalam menjelaskan fenomena gerakan sosial.
Tetapi teori mobilisasi sumber daya yang berbasiskan
rasionalitas, tetaplah sebuah teori yang tidak persis dan tidak mencukupi, dan
gagal dalam menjelaskan beberapa ekspresi kuat dari gerakan sosial baru,
seperti feminisme, environmentalism, perdamaian, perlucutan senjata dan gerakan
otonomi lokal.
1.2.4. Teori
Orientasi Identitas
Teori ini
menyuarakan asumsi dasarnya melalui sebuah kritik terhadap teori yang sudah
ada. Dan bersifat non materialistik dan
materialisme. Ia mengurai pertanyaan seputar integrasi dan solidaritas kelompok
yang terlibat aksi kolektif. Teori ini juga menolak upaya yang menekankan model
neo-utilitarian untuk menjelaskan gerakan sosial dan aksi kolektif.
Kendatipun paradigma teori berorientasi identitas
beranjak dari pertanyaan tentang solidaritas dan integrasi, ia tidak bertatap
muka dengan pokok-pokok yang relevan dalam uraian perilaku kolektif. Tetapi
untuk sementara teori ini kelihatannya menerima beberapa elemen teori marxis
seperti pengertian perjuangan, mobilisasi,kesadaran,dan solidaritas, tetapi
teori ini tetap menolak reduksionisme dan determininasi tesis materialisme dan
konsepsi yang berhubungan dengan formasi social yang materialistik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar