Jumat, 02 November 2012

SEJARAH GERSOS



         SEJARAH DAN DEFINISI GERAKAN SOSIAL


B
erbicara tentang gerakan sosial ( Social Movement ) maka tidak dapat dipisahkan dari perkembangan kapitalisme dunia, karena pada umumnya gerakan sosial lahir untuk merespon akan diskursus kapitalisme. Dan walaupun gerakan sosial merupakan gejala yang baru dalam ilmu sosial, namum gerakan sosial sudah ada sejak lama yaitu mulai abad 18, yaitu pada saat gereja Methodis di Amerika dan Inggris menjadi sebuah bentuk gerakan sosial yang berbasis Agama.
Di abad 19 terdapat gerakan sosial Internasional (The International Socialist Movement ) yang tumbuh dan berkembang di berbagai tempat di Eropa juga di anggap sebagai gerakan sosial. Dan pada abad ke 20 juga terdapat gerakan hak-hak sipil di Eropa dan Amerika yang menentukan sejarah panjang diskriminasi rasial di negeri tersebut. Di tahun 1970 an gerakan anti perang dan gerakan anti kemapanan yang menggunjang kehidupan Amerika juga dianggap sebagai inspirasi dari gerakan sosial.
Gerakan sosial (social movement) merupakan fenomena partisipasi sosial (masyarakat) dalam hubungannya dengan entitas-entitas eksternal. Istilah ini memiliki beberapa definisi, namun secara umum dapat dilihat sebagai instrumen hubungan kekuasaan antara masyarakat dan entitas yang lebih berkuasa (powerful). Masyarakat cenderung memiliki kekuatan yang relatif lemah (powerless) dibandingkan entitas-entitas yang dominan, seperti negara atau swasta (bisnis).  Gerakan sosial menjadi instrumen yang efisien dalam menyuarakan kepentingan masyarakat. Dengan kata lain gerakan sosial merupakan pengeras suara masyarakat sehingga kepentingan dan keinginan mereka terdengar.
Gerakan sosial merupakan jawaban spontan maupun terorganisir dari massa rakyat terhadap negara yang mengabaikan hak-hak rakyat, yang ditandai oleh penggunaan cara-cara di luar jalur kelembagaan negara atau bahkan yang bertentangan dengan prosedur hukum dan kelembagaan negara. Gerakan sosial dapat dipahami sebagai upaya bersama massa rakyat yang hendak melakukan pembaruan atas situasi dan kondisi sosial politik yang dipandang tidak berubah dari waktu ke waktu atau juga untuk menghentikan kondisi status quo. Beberapa pengertian gerakan sosial yaitu:
1.  Bruce J Cohen (1992) bahwa gerakan sosial (politik) adalah gerakan yang dilakukan sekelompok individu yang terorganisir untuk merubah (properubahan) ataupun mempertahankan (konservatif) unsur tertentu dari masyarakat yang lebih luas.
2.  Kamanto Sunarto (2004) bahwa gerakan sosial (politik) adalah perilaku kolektif yang ditandai kepentingan bersama dan tujuan jangka panjang, yaitu untuk mengubah ataupun mempertahankan masyarakat atau institusi yang ada di dalamnya.
3.   James W. Vander Zanden (1990) dan Rafael Raga Maran (2001) bahwa gerakan sosial (politik) adalah suatu upaya yang kurang lebih keras dan terorganisir yang dilakukan oleh orangorang yang relative besar jumlahnya, entah untuk menimbulkan perubahan, enath untuk menentangnya (mempertahankan status-quo).
4. Kartasapoetra dan Kreimers (1987) bahwa gerakan sosial (politik) adalah kegiatan atau usaha kolektif yang berusaha untuk mengadakan orde kehidupan yang baru.
5. Robert Mirsel (2004) bahwa gerakan kemasyarakatan adalah seperangkat keyakinan dan tindakan yang tak terlembaga (noninstitutionalised) yang dilakukan sekelompok orang untuk memajukan atau menghalangi perubahan di dalam suatu masyarakat.Tidak terlembaga mengandung arti mereka cenderung tidak diakui sebagai sesuatu yang berlaku umum secara luas dan sah di dalam suatu masyarakat.
6. Laode Ida (2003) bahwa gerakan sosial (politik) adalah upaya kolektif untuk melakukan perubahan melalui organisasi sebagai wadah gerakan, gerakan tersebut melembaga, memiliki gagasan alternatif perubahan, aktivitas dan gerakannya tersus-menerus, memiliki identiitas koletif, serta kehadirannya menjadi tantangan bagi pihak lain.
Darmawan Triwibowo (1998:1-3) bahwa gerakan sosial diartikan sebagai: sebentuk aksi kolektif dengan orientasi konfliktual yang jelas terhadap lawan sosial dan politik tertentu, dilakukan dalam konteks jejaring lintas kelembagaan yang erat oleh actor aktor yang diikat rasa solidaritas dan identitias kolektif yang kuat melebihi bentuk bentuk ikatan dalam koalisi dan kampanye bersama. Definisi ini berdasarkan dari M.Diani dan I. Bison yang dipublikasikan di Universitas Trento tahun 2004. Definisi ini tidaklah jauh berbeda dengan yang kita jumpai dalam kepustakaan sosiologi, misalnya: Social movements have traditionally been defined as organized effrots to bring about social change. Selain itu terdapat pula definisi lain yakni: Social movements are described most simply as collective attempts to promote or resist change in a society or a group. Demikian pula definisi yang “populer” gerakan sosial adalah:” a type of group action. They are large informal groupings of individuals and/or organizations focused on specific political or social issues, in other words, on carrying out, resisting or undoing a social change.
Sampai dengan perkembangan masa kini teori gerakan sosial makin beraneka ragam, dan dengan demikian tidak ada definisi tunggal mengenai konsep gerakan sosial sebagai suatu gejala sosial. Giddens (1993) mendefinisikan gerakan sosial sebagai suatu upaya kolektif untuk mengejar suatu kepentingan bersama, atau mencapai tujuan bersama melalui tindakan kolektif (collective action) di luar lingkup lembaga-lembaga yang mapan. Lalu Tarrow (1998: 4), menyatakan gerakan sosial adalah tantangan-tantangan kolektif yang didasarkan pada tujuan-tujuan bersama dan solidaritas sosial, dalam interaksi yang berkelanjutan dengan para elit, penentang dan pemegang wewenang
Jelaslah bahwa definisi gerakan sosial yang agak inklusif ini dapat mendeskripsikan gejala civil society in action. Gerakan sosial dapat juga dibagi menjadi Old Social Movement yang memfokuskan pada isu yang berkaitan dengan materi dan biasanya terkait dengan satu kelompok (misalnya, petani atau buruh). Sementara itu New Social Movement lebih berkaitan dengan masalah ide atau nilai seperti gerakan feminisme atau lingkungan. Namun pembagian ini dalam menjelaskan kasus empirik menjadi tidaklah mudah dan tidaklah Gerakan sosial yang old harus selalu jauh mendahului yang new.
Sejarah Indonesia menunjukkan bahwa Gerakan Sarikat Dagang Islam mungkin lebih menekankan aspek ekonomi (Old Social Movement) walaupun dimensi agama (Islam) cukup terasa juga. Demikian juga Gerakan seperti NU atau Muhammadiyah yang erat dengan masalah ide atau New Social Movement ternyata secara waktu berdekatan dengan Old Social Movement tersebut. Dalam hal ini penggunaan aspek waktu atau kemutakhiran dalam menjelaskan Gerakan sosial sangatlah tidak mudah.
Secara singkat dapat disimpulkan bahwa gerakan sosial berkaitan dengan aksi organisasi atau keleompok masyarakat sipil dalam mendukung atau menentang perubahan sosial. Namun yang masih perlu diperjelas adalah gejala sosial diluar gerakan sosial itu apa saja? Sehingga kita dapat mempunyai peta dan mengetahui apakah sesuatu itu dapat dikategorikan sebagai gerakan sosial atau tidak. Hal yang penting adalah padanan gerakan sosial yang seringkali dikaitkan dengan perubahan sosial atau masyarakat sipil. Seperti yang kita ketahui seringkali ada pembagian ranah antara negara (state); perusahaan atau pasar (corporation atau market) dan masyarakat sipil (civil society).
Berdasarkan pembagian ini maka terdapat pula gerakan politik yang berada di ranah Negara dan gerakan ekonomi di ranah ekonomi. Pembagian ini telah dibahas juga oleh Sidney Tarrow yang melihat political parties berkaitan dengan ”gerakan Politik” yakni sebagai upaya perebutan dan penguasaan jabatan politik oleh partai politik melalui pemilu. Sementara itu gerakan ekonomi berkaitan dengan lobby dimana terdapat upaya melakukan perubahan kebijakan publik tanpa berusaha menduduki jabatan publik tersebut.
Selain itu perbedaan ketiga ranah tersebut dibahas juga oleh Habermas yang melihat gerakan sosial (baru atau new) merupakan resistensi progresif terhadap invasi negara dan system ekonomi. Jadi salah satu faktor yang membedakan ketiga gerakan tersebut adalah aktornya yakni parpol di ranah politik; lobbyist dan perusahaan di ekonomi (pasar) dan organisasi masyarakat sipil atau kelompok sosial di ranah masyarakat sipil.
          Perbedaan ketiga Gerakan tersebut secara analitik dapat mempermudah pemahaman kita; namun dalam empirik ketiganya dapat saja saling tumpang tindih. Berdasarkan pemetaan diatas, pada ranah negara dapat terjadi beberapa gerakan politik yang dilakukan oleh parpol dalam pemilu yang mengusung masalah yang juga didukung oleh gerakan sosial. Demikian pula upaya lobby dalam ranah ekonomi dapat pula seolah-olah sebagai suatu gerakan sosial. Sebagai contoh, dukungan atau lobby suatu perusahaan agar suatu daerah dilarang untuk dieksplorasi seperti juga tuntutan gerakan lingkungan dapat saja upaya untuk mematikan saingan perusahaan tersebut. Dalam beberapa kasus, suatu gerakan sosial oleh organisasi masyarakat sipil seperti mereka yang pro atau anti RUU APP mempunyai kaitan dengan kelompok atau parpol di ranah politik. Demikian juga gerakan ini juga bersinggungan dengan perusahaan seperti kasus ormas yang melakukan demonstrasi dan perusakan kantor majalah Playboy Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar